Untuk mengantisipasi pemalsuan katul perlu dilakukan floating test katul. Mengingat katulmerupakan bahan baku favorit dalam penyusunan pakan unggas, yang suplainya sangat fluktuatip dipengaruhi terutama oleh musim panen padi dan giling beras. Di saat sepi penggilingan maka suplainya menjadi sangat sulit dan harganya akan meningkat. Ini biasanya memancing maraknya pemalsuan katul dengan menambahkan bahan – bahan yang harganya jauh lebih murah. Jenis bahan yang biasa dicampurkan adalah sekam padi (yang digiling sangat halus), limbah cassava (singkong), tepung batu dan zeolite.
Dalam prakteknya, proses penerimaan katul berlangsung cepat sehingga diperlukan uji cepat untuk mengidentifikasi ada tidaknya pencampuran. Kontaminsi dengan penambahan sekam halus dilakukan dengan uji warna sekam (lihat artikel Panduan Praktis : Uji Cepat Metoda Pewarnaan). Floating test katul adalah uji cepat untuk kebutuhan yang lain.
Deteksi Pemalsuan Katul
Mengantisipasi pemalsuan katul dengan pencampuran limbah singkong cukup dengan mengukur berat jenisnya. Mengingat berat jenis limbah singkong jauh lebih rendah dibandingkan katul sehingga berat jenis akhir akan lebih rendah dari seharusnya (350 – 380 liter / cm3). Jika digunakan NIRS, kandungan serat kasar akan menjadi tinggi karena tingginya serat kasar limbah singkong. Bahan limbah singkong ini juga tinggi kandungan starch nya, sehingga bisa dilakukan spot test menggunakan iodin. Satu tetes iodin ditambahkan ke sampel katul. Apabila timbul warna biru mengindikasikan adanya kandungan pati. Semakin tinggi kandungan pati ditunjukkan oleh warna biru yang semakin pekat. Menir juga mengandung pati sehingga hasilnya perlu disimpulkan secara berhati-hati untuk menghindari bias.
Belakangan sudah sering dilakukan pemalsuan kualitas katul dengan menambahkan tepung batu, pasir atau zeolite dengan tujuan untuk mencuri berat timbangan. Berat jenis tepung batu adalah sekitar 1100 liter / cm3 dan harganya sangat murah. Pasir bahkan harganya lebih murah. Secara kasat mata, di lapangan sewaktu pemeriksaan sampel, petugas pemeriksa / QC dengan cepat bisa merasakan tekstur katul yang lebih kasar, butir – butir pasir halus yang rata. Meskipun butiran menir bisa juga memberikan sensasi yang mirip.
Prosedur Floating Test Deteksi Pemalsuan Katul
Mengingat limestone banyak mengandung kalsium karbonat maka uji cepat untuk mendeteksi keberadaan limestone dilakukan menggunakan reagen larutan kimia asam hidroklorat dicampur air dengan perbandingan 1 : 1. Tempatkan sampel katul di cawan petri (petri dish), dan tuangkan larutan asam hidroklorat tetes demi tetes. Reaksi kimia yang terjadi adalah :
CaCO3 + 2 HCl →CaCl2 + CO2 + H2O
Positip kontaminasi limestone (tepung batu) apabila ditemukan terbentuknya gelembung – gelembung (CO2) dari katul yang sudah dibasahi.
Jika ada kecurigaan pemalsuan katul berupa dicampur pasir atau zeolite harus dilakukan uji lain yaitu uji apung (floating test pada katul) mengingat material tersebut tidak mengandung kalsium karbonat. Tempatkan sampel katul sebanyak 10 gram ke dalam gelas piala ukuran 100 ml (beaker glass). Tuangkan 80 – 90 ml larutan chloroform atau karbon tetra klorid. Diaduk secara merata. Didiamkan sebentar untuk memisahkan material yang mengambang dan terlarut. Pisahkan (dituang ke luar) secara perlahan agar tidak mengusik material yang sudah mengendap. Selanjutnya pisahkan endapan material, taruh di kertas saring dan identifikasi apakah material tersebut sebagai pasir / zeolite. Jika perlu diabukan untuk memastikan kandungan abu nya. Jika diduga terdapat limestone (tepung / biji batu) di dalam endapan tersebut, maka bisa dilanjutkan dengan uji karbonat.
Daftar Pustaka
Myint Wynn I. Check point determination for contamination and adulteration of rice bran. Research Officer Veterinary Assay Laboratory. Livestock Breeding and Veterinary Department.
