Kontribusi biaya pakan dalam usaha peternakan / perunggasan semakin mahal berkisar 70 – 80%, kenaikan harga bahan baku berbanding lurus dengan harga pakan. Kenaikan harga pakan di setiap kesempatan selalu berdampak terhadap untung-rugi bisnis unggas. Beberapa jenis bahan baku juga mempunyai keterbatasan suplai karena faktor permintaan dan musim. Dengan latar belakang situasi ini, sejak dulu sudah banyak dilakukan penelitian dan inovasi untuk mengembangkan berbagai jenis bahan baku lain sebagai alternatif. Larva black soldier fly (BSF) akan difokuskan dalam artikel ini.
Pertambahan populasi manusia memberikan banyak tekanan kepada dunia pertanian dan peternakan pada khususnya untuk bisa menyediakan makanan bagi 8,5 milyar penduduk dunia di tahun 2030. Pemanfaatan berlebihan terhadap sumber daya lahan untuk menggenjot hasil pertanian dan produk sampingannya juga akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Penyediaan bahan baku alternatif oleh karena itu baiknya sejalan dengan yang berdampak positif bagi lingkungan.
Serangga sejak dulu sudah terbiasa menjadi santapan bagi sebagian penduduk di Asia, Afrika dan Amerika Latin, sehingga seharusnya aman dikonsumsi. Budidaya serangga relatif mudah, sangat cepat bekembang biak dan bahan makanannya bisa memanfaatkan limbah pertanian bahkan sampah organik. Dari beberapa penelitian terhadap serangga sebagai bahan makanan, di antaranya paling berpotensi adalah black soldier fly (Hermetia illucens). Di mana yang dimanfaatkan adalah fase larva nya (maggot).
Contents
- 1 Kemampuan Pencernaan Black Soldier Fly
- 2 Pengaruh Media terhadap Kandungan Proksimat Larva
- 3 Substrat Sisa Bahan Pakan
- 4 Kandungan Nutrisi Maggot Black Soldier Fly
- 5 Penggunaan Maggot Black Soldier Fly dalam Pakan
- 6 Siklus Hidup Maggot Black Soldier Fly
- 7 Lalat Dewasa
- 8 Tahapan Kerja Budidaya Maggot
- 9 Fase Pembesaran Maggot
- 10 Kualitas dan Kuantitas Pakan
- 11 Panen dan Prosesing
- 12 Daftar Pustaka
Kemampuan Pencernaan Black Soldier Fly
Lalat BSF bersifat polifag artinya bisa makan segala jenis makanan yang berbeda. Ini dimungkinkan karena sistem pencernaan nya mempunyai aktivitas enzyme amilase, lipase dan protease yang tinggi. Tubuh lalat mempunyai bakteri selulotik yang mampu menghasilkan enzyme selulase. Yang mana dengan enzyme selulase akan menghidrolisis selulosa dari berbagai jenis sampah organik. Dengan karakter tersebut BSF mampu mengkonversi bahan limbah organik, kotoran ternak, sisa sampah pasar, makanan sisa dan lain – lain menjadi sumber nutrisi berkualitas tinggi. Sisi baiknya BSF tidak merupakan inang penyakit sehingga tidak memerlukan perlakuan pencegahan yang khusus dalam pemeliharaannya.
Pengaruh Media terhadap Kandungan Proksimat Larva
Komposisi nutrisi dari maggot BSF sangat ditentukan oleh jenis dan kualitas substrat serta suplementasi makanan yang diberikan. Percobaan menggunakan berbagai jenis bahan untuk substrat dan suplementasinya dalam pembesaran maggot terbukti menghasilkan kandungan nutrisi yang berbeda. Maggot dibesarkan pada substrat dengan bahan dasar ampas bir BSG (brewer’s spent grain). BSG merupakan limbah pangan berupa sisa biji-bijian (bisa barley, jagung atau sorghum) dari proses pembuatan bir. BSG mencakup 85% dari limbah produksi bir dan kaya akan selulosa, hemiselulosa, lignin, serat kasar dan protein.
Substrat BSG adalah barley (B), malted barley (MB), malted corn (MC), sorghum + barley (SB). Ke dalam masing-masing substrat ini diberikan berbagai kombinasi bahan suplemen yaitu tambahan air (W), yeast (Y), dan yeast + molases (YM). Kombinasi perlakuan substrat dan suplemen menjadi sebagai berikut : B+ W, B+Y, B+YM, MB+W, MB+Y, MB+YM, MC+W, MC+Y, MC+YM, SB+W, SB+Y, SB+YM. Total 12 perlakuan (Shaphan YC et al., 2020)
Jenis perlakuan sangat signifikan mempengaruhi kandungan proksimat protein, lemak dan mineral dari larva. Kandungan protein larva tertinggi didapat dari penambahan suplemen yeast apapun jenis substratnya. Sedangkan kandungan lemak larva tertinggi pada perlakuan penambahan YM (yeast + molases) apapun substratnya. Penambahan dengan air (W) memberikan kandungan protein dan lemak yang terendah, apapun substratnya.
Jenis mineral yang dikandung dalam jumlah banyak adalah Ca, P, K, S dan Mg, sedangkan Na, Fe, Mn dan Zn terdapat dalam konsentrasi rendah. Perlakuan SB+Y dan SB+YM menghasilkan larva dengan kandungan mineral yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.
Substrat Sisa Bahan Pakan
Percobaan lain juga menguatkan kenyataan komposisi nutrisi larva sangat dipengaruhi oleh kualitas nutrisi dari jenis pakan nya (substrat + suplementasi). Tiga perlakuan jenis substrat : campuran middlings, sebagai kontrol, DDGS sebagai grup protein dan dried sugar beet pulp sebagai grup serat kasar. Digunakan untuk pembesaran masing-masing sebanyak +/- 16.000 larva. Campuran middlings biasanya berupa campuran sisa proses di feed mill seperti sisa sereal, debu penggilingan, pecahan pellet dan lain-lain. Sedangkan dried sugar beet pulp merupakan produk samping dari proses pembuatan gula bit.
Masa pembesaran larva selama 15 hari, selanjutnya larva dipanen di saat fase antara instar ke 5 – 6. Ditimbang berat basah secara berurutan adalah 2,58 kg; 0,93 kg dan 0,43 kg. Kandungan protein dari masing-masing perlakuan substrat middlings, DDGS dan dried sugar beet pulp adalah 37,2%; 44,6% dan 52,3% dari berat kering. Sedangkan kadar lemak berurutan adalah 30,8%; 38,6% dan 3,4% (M. Tschirner and A. Simon, 2015).
Substrat terbaik adalah campuran middlings. Karena menghasilkan jumlah larva terbanyak, berat individu larva tertinggi, daya hidup tertinggi. Komposisi nutrisi larva BSF khususnya kombinasi protein dan lemak yang relatip tinggi sehingga kontribusi enerjinya akan lebih baik. Penggunaan DDGS dan dried sugar beet pulp secara signifikan menimbulkan kondisi yang tidak mendukung pertumbuhan larva.
Kandungan Nutrisi Maggot Black Soldier Fly
Tabel 1. Perbandingan komposisi asam amino esensial larva BSF menggunakan substrat grup kontrol, tepung ikan dan bungkil kedele.
Kandungan asam amino esensial (% protein kasar) | ||||
Larva BSF1 | Larva BSF2 | Tepung ikan3 | Bungkil kedele3 | |
Arginin | 4,80 | 6,08 | 5,81 | 7,42 |
Histidin | 3,28 | 2,71 | 2,82 | 2,77 |
Isoleucin | 4,16 | 4,66 | 4,08 | 4,56 |
Leucin | 6,56 | 7,11 | 7,2 | 7,81 |
Lysine | 5,92 | 6,01 | 7,62 | 6,26 |
Methionin | 1,60 | 1,70 | 2,81 | 1,45 |
Phenylalanin | 3,60 | 4,59 | 3,99 | 5,26 |
Threonin | 3,92 | 4,08 | 4,19 | 3,99 |
Valine | 5,68 | 6,40 | 4,81 | 4,72 |
1Grup kontrol, 2 St-Hilaire et al., 2007, 3 Degussa, 1996, 4Triptophan tidak dianalisa
Sumber : M. Tschirner and A. Simon, 2015
Tabel 2. Kandungan nutrisi H. illucens pradewasa pada media PKM
Umur (hari) | Kadar (%) | |||
Bahan kering | Protein kasar | Lemak kasar | Abu kasar | |
5 | 26,61 | 61,42 | 13,37 | 11,03 |
10 | 37,66 | 44,44 | 14,60 | 8,62 |
15 | 37,94 | 44,01 | 19,61 | 7,65 |
20 | 39,20 | 42,07 | 23,94 | 11,36 |
25 | 39,97 | 45,87 | 27,50 | 9,91 |
Rata-rata | 36,28 | 47,56 | 19,80 | 9,71 |
SD | 5,48 | 7,86 | 6,02 | 1,58 |
Sumber : Rachmawati et al., 2015
Tabel 3. Persentase kandungan nutrisi maggot BSF
Proksimat | (%) | As Amino | (%) | As lemak | (%) | Mineral | (%) |
Air | 2,38 | Serin | 6,35 | Linoleat | 0,70 | Mn | 0,05 mg/g |
Serine | 44,26 | Glisin | 3,38 | Linolenat | 2,24 | Zn | 0,09 |
Lemak | 29,65 | Histidin | 3,37 | Saturated | 20,00 mg/g | Fe | 0,68 |
Arginin | 12,95 | Monomer | 8,71 | Cu | 0,01 | ||
Treonin | 3,16 | P | 0,13 | ||||
Alanin | 25,68 | Ca | 55,65 | ||||
Prolin | 16,94 | Mg | 3,50 | ||||
Tirosin | 4,15 | Na | 13,71 | ||||
Valin | 3,87 | K | 10,00 | ||||
Sistin | 2,05 | ||||||
Isoleusin | 5,42 | ||||||
Leusin | 4,76 | ||||||
Lisin | 10,65 | ||||||
Taurin | 17,53 | ||||||
Sistein | 2,05 | ||||||
NH3 | 4,33 | ||||||
Orntina | 0,51 |
Sumber : Wardhana, 2017
Penggunaan Maggot Black Soldier Fly dalam Pakan
Maggot BSF meskipun diklaim mempunyai kualitas nutrisi yang baik seperti kadar protein tinggi (37 – 63% bahan kering) tetapi berdasarkan beberapa penelitian tidak bisa mensubstitusi 100 % bahan baku tradisional sumber protein. Hal ini terkendala dengan adanya kandungan lemak cukup tinggi (7 – 39% BK), dan abu tinggi (9 – 29% BK). Ada batas maksimum pemakaian yaitu maksimal dapat mensubstitusi 50% dari bahan konvensional. Lebih dari itu mulai terlihat gangguan / penurunan performans ternak. Proses defatting terhadap maggot akan menurunkan kandungan lemak.
Tabel 4. Nilai nutrisi maggot Hermetia illucens setelah dikeringkan pada suhu 60 oC dilanjutkan dengan proses setengah defatting (g/100 g bahan segar)
Kering, full fat | Kering, setengah defatting | |
Bahan kering | 96,4 | 95,9 |
Protein kasar | 41,5 | 59,0 |
Methionin | Tidak dianalisa | 0,98 |
Lysin | Tidak dianalisa | 3,09 |
Lemak kasar | 26,5 | 11,0 |
Abu | 4,3 | 5,0 |
Kalsium | 0,80 | 0,98 |
Fosfor | 0,50 | 0,63 |
Sodium | 0,08 | 0,08 |
Klorid | 0,33 | 0,28 |
Sumber : V. Maurer et al., 2015
Percobaan mensubstitusi tepung ikan dengan tepung larva BSF (BSFLM) pada berbagai tingkatan substitusi dan pengaruhnya terhadap berat badan dan laju pertumbuhan pada ayam petelur komersial fase starter dan grower. Sebanyak 250 ekor doc petelur Isa Brown terbagi atas 5 perlakuan : pakan 1 sebagai kontrol 100% FM + 0% BSFLM, pakan 2 FM 75%+BSFLM 25%, pakan 3 FM50% + BSFLM 50%, pakan 43 FM 25% + BSFLM 75% dan pakan 5 FM 0% + BSFLM 100%. Fase pemberian pakan terbagi atas starter sampai umur 8 minggu dan fase grower sampai umur 20 minggu.
Pembesaran larva dilakukan dalam fasilitas pemeliharaan yang suhunya dipertahankan 28 oC, tingkat kelembaban 60 – 70% dengan penerangan terang : gelap = 12 : 12. Larva dipanen pada saat masuk instar ke-5 dengan cara dicuci dalam air panas (84 oC) selama 8 – 10 menit. Selanjutnya larva dikeringkan di atas nampan stainles steel pada suhu 120 oC selama 2,5 jam. Kandungan nutrisi BSFLM dianalisa oleh AMINOLAb (Evonik).
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Asam Amino BSFLM (AMINOLab Evonik) dan Pakan percobaan fase starter periode selama 8 minggu (STA) dan 12 minggu (GRW)
Bahan baku (%) | BSFLM | Pakan 1 | Pakan 2 | Pakan 3 | Pakan 4 | Pakan 5 | |||||
STA | GRW | STA | GRW | STA | GRW | STA | GRW | STA | GRW | ||
Fish meal | 10,0 | 7,5 | 5,0 | 2,5 | 0 | ||||||
BSFLM | 0 | 2,5 | 5,0 | 7,5 | 10,0 | ||||||
Kalkulasi komposisi nutrisi | |||||||||||
Bahan kering (%) | 94,9 | 91,6 | 91,7 | 91,5 | 92,4 | 92,2 | |||||
Protein (%) | 45,6 | 20,4 | 18,5 | 20,2 | 18,3 | 20,1 | 18,1 | 29,9 | 17,9 | 19,7 | 17,8 |
Energi (kcal/kg) | 3067 | 2905 | 3079 | 2917 | 3091 | 2929 | 3103 | 2941 | 3115 | 2953 | |
Lemak (%) | 5,1 | 5,3 | 5,2 | 5,1 | 5,4 | 5,9 | 5,2 | 5,7 | 5,6 | 5,6 | |
Serat kasar (%) | 5,2 | 4,8 | 5,4 | 5,0 | 5,6 | 5,2 | 5,9 | 5,4 | 5,1 | 5,6 | |
Asam amino esensial (% BK) | |||||||||||
Methionin | 0,8 | 0,2 | 0,3 | 0,3 | 0,3 | 0,3 | 0,3 | 0,2 | 0,3 | 0,3 | 0,3 |
Meth + cys | 1,1 | 0,5 | 0,6 | 0,5 | 0,6 | 0,5 | 0,6 | 0,5 | 0,6 | 0,5 | 0,6 |
Lysine | 2,9 | 0,7 | 1,1 | 0,9 | 1,1 | 0,8 | 1,1 | 0,8 | 1,1 | 0,9 | 1,1 |
Threonin | 1,7 | 0,5 | 0,7 | 0,6 | 0,8 | 0,6 | 0,7 | 0,6 | 0,7 | 0,7 | 0,8 |
Arginin | 2,2 | 1,0 | 1,3 | 1,1 | 1,4 | 1,1 | 1,3 | 1,0 | 1,3 | 1,1 | 1,3 |
Isoleucine | 1,8 | 0,5 | 0,8 | 0,6 | 0,8 | 0,6 | 0,8 | 0,6 | 0,8 | 0,7 | 0,8 |
Leucine | 2,9 | 1,1 | 1,5 | 1,2 | 1,6 | 1,2 | 1,5 | 1,1 | 1,5 | 1,3 | 1,5 |
Valin | 2,6 | 0,7 | 0,9 | 0,8 | 1,0 | 0,8 | 0,9 | 0,8 | 0,9 | 0,9 | 1,0 |
Sumber : Esther Khayanga Sumbule et al., 2021
Parameter penelitian adalah berat akhir starter (8 minggu), berat akhir grower (20 minggu), laju pertambahan berat badan harian (ADG), FCR, rata-rata konsumsi pakan harian (ADFI), persentase karkas dan berat organ dalam. Berat akhir umur starter terlihat adanya penurunan linier yang signifikan sejalan dengan penambahan persentase BSFLM dalam pakan. ADG dan ADFI juga mengalami penurunan, sedangkan FCR tidak terpengaruh.
Tabel 6. Performan ayam Isa Brown starter (selama 8 minggu) dan grower (selama 12 minggu) diberi pakan percobaan.
Parameter | Pakan Percobaan | ||||
Pakan 1 | Pakan 2 | Pakan 3 | Pakan 4 | Pakan 5 | |
Fase starter | |||||
Berat awal (g) | 96,2 | 101,3 | 100,9 | 102,1 | 101,3 |
Berat akhir (g) | 476,2a | 481,5a | 418,0b | 414,7b | 346,7c |
Berat overall (g) | 380,0a | 380,2a | 317,1b | 312,6b | 246,3c |
ADG (g) | 9,1a | 9,1a | 7,6b | 7,4b | 5,9c |
ADFI (g) | 36,2a | 33,8a | 29,8b | 27,7bc | 24,7c |
FCR (g/g) | 3,17a | 2,78b | 3,09b | 2,68b | 3,29a |
Fase grower | |||||
Berat awal (g) | 476,2 | 481,5 | 418,0 | 414,7 | 346,7 |
Berat akhir (g) | 1181,6 | 1264,6 | 1189,1 | 1139,6 | 1049,4 |
Berat overall (g) | 705,4 | 783,2 | 771,0 | 714,9 | 702,6 |
ADG (g) | 9,2 | 10,2 | 10,0 | 9,4 | 9,1 |
ADFI (g) | 84,6 | 84,3 | 84,6 | 78,3 | 75,2 |
FCR (g/g) | 1,64 | 1,45 | 1,44 | 1,52 | 1,40 |
Sumber : Esther Khayanga Sumbule et al., 2021
Berat akhir di fase grower memperlihatkan respon kuadratik atas peningkatan penambahan level BSFLM, demikian pula laju pertambahan keseluruhan (overall weight gain) meningkat maksimal 32,1%. ADG dan FCR tidak terpengaruh secara signifikan, sedangkan ADFI mengalami penurunan secara linier dengan peningkatan level BSFLM. Ayam diberi pakan 2 mempunyai pertambahan berat badan mingguan starter dan grower yang terbaik dibandingkan ayam perlakuan pakan lainnya. Berat hidup mingguan secara konsisten meningkat di fase starter maupun grower pada ayam dengan pakan 2 diikuti pakan 1.
Persentase karkas dari semua perlakuan tidak berbeda, berkisar 67 – 69%, secara angka berat karkas ayam dengan pakan 100% BSFLM adalah yang terendah. Berat daging dada, liver, gizzard, jantung dan ginjal tidak berbeda nyata di antara semua perlakuan.
Siklus Hidup Maggot Black Soldier Fly
Lalat tentara hitam atau lebih popular dengan nama black soldier fly atau BSF (Hermetia illucens) merupakan serangga asli di benua Amerika, menyebar dari Argentina ke Amerika Tengah. Spesies BSF ini mampu beradaptasi dan toleransi tinggi terhadap kisaran kondisi lingkungan yang beragam. Seperti kondisi cahaya, suhu dan tingkat kelembaban. Sehingga cepat nenyebar ke daerah tropis dan sub tropis sampai di Australia, India, Afrika dan Eropa. BSF merupakan diptera (lalat) yang termasuk ke dalam famili Stratiomyidae.
Siklus hidup lalat tentara hitam dari telur sampai menjadi lalat dewasa membutuhkan waktu total sekitar 45 hari. Menjalani 5 tahap utama yaitu tahap telur, larva, pre-pupa, pupa dan dewasa. Lalat betina akan menghasilkan telur berkisar 500 – 900 butir. Larva menetas dari telur dalam waktu 4 hari dan selanjutnya larva akan mengalami 5 fase instar (tahap perkembangan pada serangga). Di mana akan terjadi beberapa perubahan seperti proporsi tubuh, warna, perubahan jumlah segmen jika ada). Total waktu selama fase instar adalah 13 – 18 hari.
Dari tahap larva instar ke-5 selanjutnya akan memasuki pre-pupa yang merupakan instar ke-6. Tahap pre-pupa dihabiskan selama 7-10 dan tahap pupa minimum 8 hari. Merupakan fase berpuasa antara bentuk larva dan bentuk dewasa, di mana larva akan bertransformasi lengkap di dalam selubung kepompong. Lalat dewasa berwarna hitam dan hidup selama 5-8 hari. Segera setelah bertelur, lalat betina akan mati.
Lalat Dewasa
Lalat akan menghabiskan 2 tahapan dari siklus hidupnya yaitu telur dan fase larva (maggot) di dalam media yang menjadi tempat hidup dan sumber makanannya. Pada saat bertransformasi dari tahap pupa menjadi bentuk dewasa, lalat akan meninggalkan media. Lalat black soldier (BSF) dewasa tidak mempunyai mulut yang fungsional sehingga tidak makan, hanya minum dan hanya mengandalkan cadangan lemak yang tersisa dari tahap larva.
Karakteristik ini menjadikan lalat BSF tidak berpotensi menjadi hama tanaman, tidak menularkan penyakit, tidak mencemari lingkungan. Serta tidak menyerbu ke dalam rumah atau restoran untuk mencari makanan. Percobaan memberikan larutan gula dalam kontener berwarna kuning cukup disukai oleh lalat dewasa. Pemberian air gula ini dapat meredakan banyaknya kematian yang dialami lalat dewasa akibat kehabisan cadangan enerji. Aktivitas lalat dewasa jantan dan betina terutama untuk bereproduksi dan biasanya segera mati setelah cadangan lemaknya habis.
Maggot pada tahap instar 1 berwarna putih kusam panjang 2 mm. Dalam perkembangan selanjutnya sebelum masuk ke fase pupa (instar 6), maggot pada saat dipanen dapat mencapai panjang 20 – 27 mm lebar 8 mm dan berat 220 mg. Pertambahan populasi sangat cepat mengingat siklus hidup singkat, laju pertumbuhan cepat pada media dan lingkungan yang cocok serta telur dihasilkan dalam jumlah banyak.
Tahapan Kerja Budidaya Maggot
Untuk keberhasilan budidaya maggot terdapat 3 tahapan kerja yang kritis yang perlu diperhatikan yaitu breeding, produksi dan prosesing. Pada tahapan breeding, perlu disiapkan kandang untuk aktivitas reproduksi lalat dewasa, bertelur dan penetasan telur. Kandang menggunakan dinding berupa jejaring lembut dan plastic UV untuk atap. Di dalam kandang akan ditempatkan rak – rak bersusun sebagai tempat pre-pupa dan media bertelur. Suhu maksimal untuk pembesaran larva tidak lebih dari 36 oC.
Letakkan potongan kardus, multiplek atau sebangsanya di atas permukaan media karena lalat biasanya akan meletakkan telur-telurnya di retakan atau celah-celah tersebut. Faktor krusial adalah suhu dan tingkat kelembaban media. Suhu lingkungan yang optimal untuk aktivitas lalat dewasa berkisar 27 – 38 oC. Imago (bentuk dewasa) BSF sudah mulai bertelur 3 hari setelah aktivitas kawin. Proses bertelur biasanya berlangsung pagi sampai sore hari. Pindahkan telur ke rak tempat penetasan setelah berumur 2 hari. Telur akan menetas setelah berumur 4 hari.
Fase Pembesaran Maggot
Tahapan berikutnya adalah tahap produksi yaitu pembesaran maggot. Setelah larva berumur 6 hari bisa dipindahkan ke rak pembesaran. BSF takut akan cahaya sehingga diperlukan naungan untuk menghindari terpaan cahaya matahari langsung. Tingkat kelembaban media harus dipertahankan sekitar 50 – 70%, tidak boleh terlalu basah / tergenang dan terlalu kering. Padat tebar maggot adalah 8 – 10 kg maggot / m2. Jika terpapar cahaya matahari maka larva cenderung untuk berpindah ke lapisan media lebih dalam.
Jika pada awalnya substrat / media / pakan masih dirasakan ada aroma busuk atau bau kotoran tergantung dari jenis bahan yang digunakan maka setelah beberapa lama berubah menjadi aroma tanah / manis berkat aktivitas makan dari larva. Kemampuan komposing dari maggot BSF lebih cepat dibandingkan cacing tanah. Larva cepat berkembang dengan subur di berbagai bahan organik yang membusuk disebabkan oleh bagian mulut yang besar dan aktif mengunyah. Kaya akan mikrobiota dalam saluran pencernaan, sistem imun yang potensial dan tingginya aktivitas enzimatik.
Kualitas dan Kuantitas Pakan
Kualitas dan kuantitas pakan menjadi sangat penting untuk bisa menghasilkan ukuran maggot yang diharapkan. Sumber makanan harus lembab dengan kadar air berkisar 60 – 90% untuk memudahkan dikunyah oleh larva BSF. Komposisi pakan bisa bermacam-macam mulai dari sisa makanan rumah tangga, restoran, kotoran ternak, limbah jeroan ikan. Hindari pemberian jenis bahan pakan terlalu banyak yang bisa menimbulkan bau busuk. Perkiraan jumlah pakan untuk 8 – 10 kg maggot berkisar >7 kg/hari (Wahyu Nurwijayo, 2022). Penting untuk selalu memonitor jumlah pakan yang dihabiskan setiap hari untuk menghindari kelebihan pakan sebab mendekati akhir fase instar, larva cenderung makan lebih sedikit.
Tabel 7. Patokan Program Pemberian Pakan Black Soldier Fly
Jumlah Maggot | Gram makanan / hari ** |
250 | 40,9 |
500 | 81,7 |
1000 | 163,4 |
5000 | 812,7 |
10000 | 1.629,9 |
20000 | 3.255,2 |
50000 | 8.140,2 |
Catatan : ** tingkat pemberian pakan yang optimal dihitung berdasarkan rata-rata konsumsi harian 63 mg per larva per hari (Paarra et al., 2015)
Sumber : Catherine Terrell and Laura Ingwell, 2022
Panen dan Prosesing
Panen maggot yang terbaik adalah pada saat larva memasuki instar ke-5, sebelum tahap pre-pupa dengan pertimbangan untuk memperoleh kualitas nutrisi yang lebih baik. Di mana pada tahap ini masih mempunyai tingkat sklerotisasi dari kutikula masih rendah sehingga daya cernanya menjadi lebih tinggi. Cara mematikan larva yang umum adalah dengan pembekuan. Warna larva banyak ditentukan oleh warna makanan yang diberikan. Selanjutnya larva dicuci, dikeringkan pada suhu 60 oC selama 24 – 34 jam tergantung kadar air awal (V Maurer et al., 2015). Selain bisa dijual dalam bentuk maggot hidup (segar), produk akhir bisa berupa maggot kering atau digiling sebagai tepung maggot atau defatted maggot untuk mengurangi kadar lemak nya.
Kandungan lemak kasar yang tinggi dari maggot berkisar 28 – 35 % bisa menjadi faktor pembatas untuk tingkat pemanfaatan yang lebih tinggi dalam pakan unggas. Pengurangan kandungan lemak dari maggot bisa dilakukan dengan cara pengepresan mekanis terhadap larva yang sudah dibekukan untuk membuang kandungan lemak intraseluler nya. Atau dengan cara lain mengekstraksi menggunakan petroleum eter. Defatted maggot akan mempunyai kadar protein yang lebih tinggi yaitu sekitar 56,9% dibandingkan sebelumnya 30 – 40% pada maggot segar.
Daftar Pustaka
- Catherine Terrell and Laura Ingwell. Black soldier fly composting guide. Department of Entomology. Purdue University. 2022
- Esther Khayang Sumbule et al. Cost-effectiveness of Black Soldier fly Larvae Meal as Substitute of Fishmeal in Diets for Layer chicks and Growers. Sustainability, 13, 6074. 2021
- M. Tschirner and A. Simon. Influence of different growing substrates and processing on the nutrient composition of black soldier fly larvae destined for animal feed. Journal of Insects as Food and Feed. 2015
- Rachmawati R, Buchori D, Hidayat P, Hem S dan Fahmi MR. Perkembangan dan kandungan nutrisi larva hermetia illucens (Linnaeus) (Diptera : Stratiomyedae) pada bungkil kelapa sawit. Jurnal Entomologi Indonesia 7 (1) 28. 2015
- Shaphan YC, Chrysantus MT, Isaac MO, Xavier C, Sunday E, Marcel D, and Joop JA van Loon. Nutritional composition of black soldier fly larfvae feeding on agro-industrial by-products. Entomologia Experimentalis et Applicata. June. 2020
- Siti Herlinda et al. Sustainable urban farming : Budidaya lalat tentara hitam (Hermetia illucens) untuk menghasilkan pupuk dan pakan ikan dan unggas. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-9. Palembang. 2021.
- V. Maurer, M. Holinger, Z. Amsler, B. Fruh, J. Wohlfahrt, A. Stamer and F. Leiber. Replacement of soybean cakwe by Hermetia illucens meal in diets for layers. Journal of Insects as Food and Feed. August. 2015.
- Wahyu Nurwijayo. Cara budidaya Maggot BSF untuk Pemula di Rumah tanpa Bau. GDM. April. 2022
- Wardhana, AH. Black soldier fly (Hermetia illucens) as an alternative protein source for animal feed. Indonesian Bulletin of Animal and Veterinary Sciences. 26(2):069. 2017