Bagaimana Mengendalikan Pigmentasi Kuning Lewat Pakan

pigmentasi kuning

Warna kuning pada beberapa bagian tubuh dan hasil produk unggas seperti   kuning telur, permukaan kulit karkas, shank kaki, dan paruh memegang peranan penting. Tingkat kandungan pigmen dalam kuning telur menyebabkan variasi warna yolk mulai dari kuning pucat sampai oranye gelap.

Tampilan warna yolk tidak hanya ditentukan oleh kadar pigmen tetapi juga tekanan warnanya (condong ke kuning – keemasan – oranye). Pada dasarnya merupakan kombinasi antara pigmen kuning dan pigmen merah. Artikel ini menjelaskan upaya mengendalikan pigmentasi kuning lewat pakan mengingat konsumen masih menginginkan tampilan warna kuning di produk yang dibelinya.

Dari sisi produsen, penyimpangan warna kuning pada bagian – bagian tersebut merupakan petunjuk bagi suatu penyimpangan yang sedang berlangsung. Kelainan tersebut bisa berasal dari penyakit (infeksi saluran pencernaan dan infestasi parasit). Juga kegagalan manajemen atau kualitas pakan yang diberikan. Pengaruh pakan adalah yang paling sering terjadi. Ayam broiler yang terinfeksi Eimeria sp mengalami gangguan pigmentasi kuning dan kandungan xanthophyll dalam darah.

Infeksi penyakit virus diduga bertangung jawab terhadap sindroma gangguan penyerapan. Mikotoksin dalam pakan dipastikan berpengaruh buruk terhadap pigmentasi. Pakan yang disimpan lama atau yang disimpan terkena sinar mathari langsung berpeluang mengalami penurunan kemampuan pigmen yang dikandungnya.

Jenis Pigmen

Warna kuning sangat dipengaruhi oleh konsentrasi deposit pigmen karotenoid yang secara alami terdapat pada berbagai tanaman dan hewan (sebagai pigmen kuning dan pigmen merah). Pada tanaman, ditemukan di bagian tanaman hijau, kelopak bunga dan buah. Sedangkan pada hewan, karotenoid kebanyakan didapati pada rangka luar crustaceae dan serangga. Bagian bulu pada beberapa spesies burung, tanaman air (ganggang), ikan (salmon) serta produk susu, kuning telur dan mentega.

Karotenoid yang tidak mengandung oksigen, secara kimiawi merupakan hidrokarbon murni. Diklasifikasikan sebagai karoten contohnya adalah β-caroten dalam wortel. Kelompok karotenoid mengandung oksigen diklasifikasikan sebagai xanthophyll antara lain lutein (dalam tepung alfalfa), canthaxanthin dan astaxanthin (lobster). Jenis pigment lain adalah zeaxanthin (jagung kuning), capsanthin (paprika), violaxanthin (labu), lycopene (tomat), echinenone (cumi-cumi, landak laut).

Dari sekian banyak pigmen, lutein, canthaxanthin dan astaxanthin paling dominan ditemukan pada unggas. Lutein dan zeaxanthin merupakan pigmen kuning yang memberikan warna kuning pada yolk. Sedangkan canthaxanthin dan cryptoxanthin sebaliknya merupakan pigmen merah. Dibandingkan dengan tumbuhan (seperti ganggang, jamur Jenis Pigmensampai tumbuhan tingkat tinggi dapat mensintesa karotenoid). Sebaliknya hewan khususnya unggas sangat tergantung pada asupan pigmen yang diperolehnya lewat pakan.

Sumber Pigmentasi Kuning

Sumber utama pigmen yang biasa terdapat dalam pakan adalah jagung kuning dan alfalfa. Meskipun demikian, kandungan karotenoid dan xanthphyll acapkali sangat bervariasi, tergantung jenis tanaman serta kondisi daerah tempat penanamannya. Aktivitas pigmen yang bertanggung jawab untuk proses pigmentasi kuning secara gradual menyusut selama proses penyimpanan. Zeaxanthin setelah 3 bulan akan mengalami penyusutan 20 %, lutein (73 %) dan karoten (50 %).

Lutein, zeaxanthin dan cryptoxanthin yang dikandung dalam pakan efektif untuk meningkatkan pigmentasi kuning kulit broiler. Sedangkan pigmen neoxanthin dan violaxanthin tidak terlalu efektif terhadap proses pewarnaan pada kulit broiler. Pigmen sintetik, di antaranya apo-ester untuk pigmen kuning dan canthaxanthin untuk pigmen merah.

Dilakukan penelitian yang menggunakan kedua jenis pigmen (alami dan sintetik) yang ditambahkan dalam pakan dengan dosis tinggi dan rendah. Untuk mengukur pengaruhnya terhadap pigmentasi kulit broiler. Menunjukkan bahwa meskipun pigmen sintetik dicerna lebih baik tetapi pigmen alami lebih efisien dibandingkan pigmen sintetik dalam meningkatkan warna kekuningan pada kulit. Kemungkinan disebabkan adanya perbedaan dalam metabolisme deposisi dari kedua jenis pigmen.

Proses Pigmentasi Kuning

Proses metabolisme karotenoid berbeda di antara hewan termasuk prioritas jenis – jenis karotenoid yang diserap dalam sistem pencernaan. Sebagian besar karotenoid diserap di bagian atas usus halus bersama dengan senyawa lemak lainnya. Pada unggas xanthophyll diserap dalam saluran gastro-intestin menyatu dengan lipo-protein (LDL). Setelah diserap, karoten masuk dan diangkut dalam sirkulasi darah. Untuk selanjutnya dalam jumlah besar disimpan dalam kulit, bulu, jaringan lemak, dan kuning telur.

Penimbunan karotenoid bisa dalam bentuk permanen atau dikonversi lewat berbagai jalur metabolik ke dalam bentuk canthaxanthin, astaxanthin atau guraxanthin. Β-caroten setelah diserap akan menjalani proses transformasi menjadi vitamin A. Sehingga bagi unggas (ayam petelur), β-caroten tidak penting untuk membantu pigmentasi kuning pada yolk.

Xanthophyll disimpan tubuh dalam otot dan kulit, yang selanjutnya disalurkan ke ovarium pada awal masak kelamin. Proses penyaluran xanthophyll berlangsung selama fase produksi telur yang menyebabkan berkurangnya kandungan pigmen dari shank dan paruh.

Sumber – sumber karotenoid diperoleh dari pakan. Tingkat kandungan xanthophyll dalam pakan berkorelasi erat dengan banyaknya deposit pigmen tersebut dalam bagian tubuh unggas. Sampai pada tingkat tertentu dimana tidak ada lagi respon meskipun xanthophyll diberikan semakin besar. Jika kadar pigmen pakan meningkat demikian juga kadar pigmen dalam yolk.

Untuk menaikkan intensitas warna kuing yolk dari skala 3 ke skala 4 (pada skala kipas Roche Color Fan) dibutuhkan tambahan 1 mg/kg suplementasi pigmen kuning. Dari skala 4 ke 5 dibutuhkan 5 mg/kg, dan skala 9 ke 10 harus memberikan tambahan 10 mg/kg pigmen ke dalam pakan.

Kebutuhan Pigmentasi Kuning

Pada umumnya, kebutuhan xanthophyll diperoleh dari bahan baku (pigmen alami) dengan menetapkan batas minimum kandungan xanthophyll pakan (> 15 mg/kg). Pada kondisi normal (ayam sehat, bahan baku normal) kombinasi pakan yang dapat memenuhi suplai xanthophyll pada tingkat 15 mg/kg sudah memberikan warna kuning telur di kisaran 5 – 7 pada skala RCF. Pigmentasi kuning normalnya pada karkas broiler sudah bisa dicapai jika pakan mengandung 16 gram/ton xanthophyll.

Upaya mengurangi ketergantungan jagung dalam pakan, bisa mengganggu suplai pigmen kuning untuk kebutuhan ungas. Suplementasi pigmen mutlak dilakukan ke dalam pakan yang berbasis non jagung (sorghum atau wheat/SBM). Penggunaan cassava dalam jumlah besar (> 5 %) harus memperhitungkan kadar xanthophyll pakan. Pada umumnya pakan yang disusun menggunakan jagung, bahan ikutan jagung dan alfalfa mengandung pigmen lutein dan zeaxanthin.

Mengingat kadar xanthophyll tersebut sangat bervariasi dan penggunaannya relatif kurang efisien, maka kemungkinan timbulnya gangguan dalam pigmentasi kuning produk unggas cukup besar. Bagi telur yang pemanfaatannya spesifik maka biasanya ditambahkan sumber – sumber xanthophyll baik dari sumber alami ataupun sintetik.

Misalnya dalam memproduksi telur omega. Penggunaan pigmen sintetik canthaxanthin memberikan peluang untuk meningkatkan warna pada produk unggas. Dosis 6 mg/kg xanthophyll kuning sudah cukup untuk mencapai skor di atas 10 pada kipas warna RCF.

Pigmen Sintetik

Pigmen sintetik berdasarkan aktivitas pewarnaan yang sesuai dengan karakter pigmen yang dikandungnya digolongkan dalam 3 tipe. Yaitu pigmen kuning (apocarotenoic ester), merah (canthaxanthin) dan oranye (campuran apocarotenoic ester dan canthaxanthin) (dalam ROCHE).

Dibandingkan bentuk alami yang berasal dari tanaman dengan kandungan serat kasar tinggi, pigmen sintetik yang terbalut gelatin lebih mudah diserap. Dan lebih ‘tersedia’ dalam penyerapan saluran pencernaan dan penimbunannya pada yolk. Pengaruh pewarnaan antara pigmen kuning dan merah berbeda.

Penambahan pigmen kuning secara gradual akan meningkatkan intensitas warna kuning (kuning pekat). Sebaliknya pigmen merah akan mengarah pada warna kuning keemasan. Efek penambahan pigmen sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain : kadar total pigmen dalam pakan, komposisi bahan baku pakan. Juga faktor genetik dari unggas, tingkat konsumsi pakan per satuan telur yang dihasilkan, umur ayam yang berproduksi, dan status kesehatan dari ayam itu sendiri.

Bahan Baku Sumber Xantophyl dan Lutein

Bahan BakuXanthophyl (mg / kg)Lutein (mg / kg)
Alfalfa, protein 17 %220143
Alfalfa, protein 22 %330-
Alfalfa, protein 40 %8000-
Corn gluten meal, protein 60 %290120
Ganggang2.000-
Jagung170,12
Marigold7.000-

Pigmentasi Kuning Lewat Pakan

Bahan baku yang banyak mengandung xanthophyll antara lain jagung, corn germ meal, dan ddgs (distller dried grain with soluble). Sebenarnya terdapat jenis – jenis bahan lain yang tinggi kandungan xanthophyll nya seperti alfalfa, ganggang, petal marigold. Bahkan kunyit pun diketahui banyak mengandung pigmen kuning untuk mendukung pigmentasi kuning. Kendalanya adalah bahan tersebut sangat rendah kandungan enerji nya sehingga tingkat penggunaannya menjadi sangat terbatas.

DDGS sebenarnya merupakan produk sampingan dari proses pembuatan bahan bakar terbarukan bio-ethanol. DDGS mengandung protein 25 – 30 %, lemak 8 – 11 %, serat kasar 5,5 – 6,5. Kandungan enerji metabolis DDGS ( ± 2610 kcal/kg) hampir setara dengan SBM tanpa kulit, tetapi keseimbangan asam amino nya masih di bawah SBM.

Kandungan xanthophyll dalam DDGS sebesar 40 – 50 ppm khususnya pada DDGS yang berwarna kuning keemasan. Sedangkan DDGS yang berwarna gelap sangat sedikit mengandung xanthophyll. Penggunaan DDGS dalam pakan ayam dapat membantu pigmentasi kuning, meskipun terkendala tingkat penggunaan yang kebanyakan tidak lebih dari 10 %.

Daftar Pustaka

Luis Pantoja and Oscar Gonzales. Intestinal health and pigmentation of broiler chickens. The Poultry Site. June. 2020

Previous Post

No more post

You May Also Like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Verified by MonsterInsights