Dalam beberapa tahun terakhir persaingan dalam industri pakan ternak semakin ketat, disebabkan oleh bermunculannya feedmill baru yang di antaranya merupakan pabrik multi nasional. Biaya produksi yang membengkak disebabkan kenaikan harga bahan baku yang menggerus marjin usaha. Meskipun kontribusi biaya pakan masih didominasi oleh biaya bahan baku, tetapi proses produksi memegang peranan yang sangat penting untuk mendukung performa kualitas pakan yang stabil dan sesuai spesifikasi yang diharapkan. Dalam hal ini pabrik pakan dituntut untuk berproses secara efisien dan efektif dalam memproduksi pakan. Salah satu alat yang ampuh untuk mengukur kinerja proses produksi pabrik pakan adalah dengan mengukur kapabilitas proses. Ada beberapa jenis indeks kapabilitas proses di antaranya yaitu Cp dan Cpk. Indeks Cp lebih dulu dikenalkan (1974) oleh Juran et al.
Contents
Kapabilitas Proses
Kapabilitas proses adalah analisis untuk mengetahui apakah proses yang sedang berjalan sudah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan (Yuri dan Nufcahyo, 2013). Di mana Cp mengukur kapabilitas proses dengan ketentuan terbatas pada variasi proses dan tidak memperhitungkan lokasi proses. Hasil perhitungan Cp tidak relevan untuk proses yang memiliki data rataan tidak berada di tengah-tengah batas spesifikasi. Indeks Cp tidak memperhitungkan rata-rata proses yang sesungguhnya dan indeks ini merupakan ukuran potensi proses, bukan kinerja proses.
Keterbatasan Cp diatasi dengan dikenalkannya indeks Cpk oleh Kane (1986) yang lebih memperhitungkan presisi dari proses dan akurasi proses. Dengan kata lain, indeks Cpk mengukur kinerja proses yaitu kemampuan proses yang sebenarnya terjadi dengan nilai parameter yang sesungguhnya terjadi. Cpk (Capability process Kane) merupakan alat analisis untuk mengukur kemampuan suatu proses dalam memproduksi produk dengan mempertimbangkan variabilitas dan ketepatan terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan.
Kapabilitas proses merupakan parameter statistik sederhana yang memperkirakan tingkatan proses produk yang akan berada di dalam batas spesifikasi yang diharapkan. Selain memberikan gambaran tentang sejauh mana proses produksi berada dalam batas kontrol, tetapi juga memberikan petunjuk tentang potensi peningkatan kinerja. Dengan mengetahui indeks kapabilitas proses maka upaya perbaikan bisa difokuskan pada nilai target yang paling diinginkan oleh konsumen (Yuri dan Nurcahyo, 2013).
Parameter Kualitas dalam Kapabilitas Proses
Langkah pertama untuk memahami indeks kapabilitas proses adalah perlunya feedmill mengidentifikasi parameter kritis yang mempengaruhi kualitas pakan. Parameter seperti kandungan nutrisi produk pakan, tingkat kelembaban dan ukuran partikel merupakan contoh parameter yang dapat diukur dan dievaluasi. Dengan memonitor parameter – parameter tersebut secara teratur, feedmill dapat mengidentifikasi perubahan dalam proses produksi dan mengambil tindakan korektif secara cepat.
Parameter – parameter tersebut juga merupakan salah satu factor yang paling sering mendapatkan komplen dari pelanggan. Misalnya ukuran partikel pakan (pellet / crumble) yang kekecilan atau banyak tepungnya sehingga dirasakan merugikan peternak. Ataupun kualitas protein yang lebih rendah dari seharusnya yang diterima peternak.
Dalam melakukan pemeriksaan kualitas proses, diperlukan kegiatan pengumpulan data. Dengan tujuan untuk memantau serta mengendalikan proses, lalu menganalisis hal – hal yang tidak sesuai. Jumlah data yang ideal adalah di atas 30 sampel, semakin banyak akan semakin baik. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengumpulan data yaitu identifikasi jenis data yang dikumpulkan apakah sebagai data atribut atau data variable. Selanjutnya data yang diperoleh harus bisa diandalkan sehingga perlu dipastikan menggunakan alat ukur yang benar. Informasi mengenai data sebaiknya dibuat lengkap mencakup tanggal, asal data, operator atau pencatat data dan lain – lain.
Dalam sistem komputerisasi dan digitalisasi sekarang ini, informasi seputar data sudah dalam satu paket dan mudah ditarik untuk diolah. Data atribut merupakan data kualitatif, biasanya dalam bentuk satuan ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan. Misalnya frekuensi ketiadaan atau kesalahan label pada kemasan produk pakan, jumlah jenis cacat produk. Sedangkan data variable adalah data kuantitatif misalnya berat timbangan per karung, kandungan protein pakan, persentase ukuran partikel pakan pellet dan lain – lain.
Rumus Indeks Kapabilitas Proses
Cp dan Cpk dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Cp = (USL – LSL) / 6 Sd
Cpk = [Min (USL – Xbar, Xbar – LSL)] / 3 Sd
USL = Xbar + (Xbar * 3 Sd)
LSL = Xbar – (Xbar * 3 Sd)
di mana :
USL = upper specification limit
LSL = lower specification limit
Xbar = nilai rata – rata
Sd = standar deviasi
Pengukuran indeks kapabilitas proses dikombinasikan dengan dengan beberapa metode lainnya. Di antaranya dengan Statistical Quality Control (SQC) berupa pembuatan Peta Kendali, lalu ditindaklanjuti menggunakan metode Six Sigma. Apabila ditemukan produk dengan kualitas di luar batas atas (USL) maupun bawah (LSL) (outlier) sewaktu pembuatan Peta Kendali maka diperlukan pencarian faktor – faktor yang menjadi penyebabnya dengan diagram Ishikawa. Disebut juga diagram tulang ikan atau diagram sebab akibat. Dengan cara ‘brain storming’ bisa diperlihatkan dengan lebih rinci dan jelas faktor – faktor yang berpengaruh dan memberikan akibat pada kualitas produk.
Peta Kendali
Peta Kendali adalah bagian dari upaya pengendalian kualitas dalam proses produksi, yaitu diagram yang mengambarkan titik – titik pengamatan dalam suatu periode tertentu untuk melihat kualitas hasil proses apakah terkendali secara statistik yang pola penyebarannya ada di dalam antara batas kendali atas (USL) dan batas kendali bawah (LSL)
Metoda Six Sigma melibatkan analisis statistik untuk menilai sejauh mana distribusi data parameter proses berada dalam batas spesifikasi. Dengan mengadopsi metode ini, feedmill dapat dengan lebih akurat menentukan tingkat ketidakpastian dan meningkatkan prediksi kualitas pakan yang dihasilkan. Six Sigma menetapkan target nilai Cp sebesar 1,333 dan Cpk minimal 1,5 sebagai indikator bahwa proses berada dalam tingkat kualitas yang diharapkan. Secara eksplisit tingkat Six Sigma yang setara dengan nilai Cpk ≥ 2 menunjukkan tingkat kualitas yang sangat tinggi dan tingkat frekuensi cacat yang sangat rendah.
Meskipun demikian kebanyakan proses dengan keterbatasan mesin dan kualitas pekerja menggunakan nilai 1 sebagai batasan. Apabila nilai Cpk dari proses produksi tersebut di bawah 1 maka bisa diartikan bahwa proses masih bermasalah karena tidak sesuai dengan batas spesifikasi yang telah ditetapkan. Sebaliknya apabila cpK di atas 1 maka proses dari produk tersebut sudah sesuai (atau hampir 100 %) dengan spesifikasinya dan dianggap capable.
Indeks | Interpretasi |
---|---|
Cp = Cpk | Proses berada di tengah – tengah spesifikasi |
Cp < 1 | Variasi proses lebih lebar dari rentang spesifikasi maka menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan tidak capable |
Cp > 1 | Variasi proses lebih kecil dari rentang spesifikasi, tetapi kemungkinan terjadi cacat jika proses tidak berpusat pada nilai target |
Cpk < 0 | Lebar variasi proses dan rata – rata berada di luar spesifikasi, dan dinyatakan tidak capable |
Cpk = 0 | Lebar variasi proses tidak memenuhi batas spesifikasi dan menunjukkan proses memiliki nilai sama dengan spesifikasi |
0 < Cpk < 1 | Rata – rata proses berada di dalam rentang spesifikasi. Namun sebagian variasi proses berada di luar batas spesifikasi. Proses menghasilkan produk yang tidak sesuai spesifikasi. |
Cpk = 1 | Rata – rata proses berada di dalam rentang spesifikasi dan variasi lebar proses sama dengan lebar spesifikasi. Proses menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi. |
Cpk > 1 | Rata – rata dan variasi proses berada dalam rentang spesifikasi dinyatakan capable |
Six Sigma
Six sigma berasal dari kata six yang berarti enam dan sigma adalah standar deviasi (sd), menjadikannya sebagai metodologi dengan pendekatan data (statistik) untuk menghilangkan atau mengurangi produk cacat yang akan memuaskan pelanggan dan meningkatkan keuntungan. Konsep six sigma untuk menghitung peluang jumlah produk cacat (defect, reject) dari setiap satu juta produk yang dihasilkan, dapat menguatkan hasil dari perhitungan indeks kapabilitas proses.
Six sigma ini dapat dijelaskan dalam 2 perspektif yaitu perspektif statistik dan perspektif metodologi. Secara statistik, sigma sebagai sd menyatakan jarak nilai simpangan terhadap nilai tengah. Yaitu menggambarkan distribusi penyebaran (variasi) dari nilai rata – rata hasil suatu proses, yang dengan penerapan six sigma diharapkan akan dapat memperkecil variasi (sigma).
Meskipun penting untuk meningkatkan indeks kapabilitas proses, feedmill seringkali menghadapi tantangan tertentu. Salah satu tantangan utama adalah fluktuasi bahan baku yang dapat mempengaruhi konsistensi pakan. Oleh karena itu pengelolaan rantai pasokan yang efisien menjadi kunci dalam menjaga stabilitas proses produksi.
Tindakan yang perlu dilakukan anttara lain memilih pemasok yang terpercaya, kualitas bahan baku yang diinginkan dituangkan dalam kontrak yang jelas berikut konsekuensinya, lakukan pengujian secara rutin, akurat dan cepat terhadap parameter kualitas, dan menjalin komunikasi yang efektif dengan pemasok untuk berbagi informasi mengenai spesifikasi yang diinginkan. Dengan kualitas yang lebih bisa dikendalikan maka diharapkan kualitas produk dan proses produksi bisa dijalankan dengan jauh lebih efisien.
10 Esensi Penting
Berikut adalah 10 esensi penting dalam mengukur indeks kapabilitas proses dari pabrik pakan ternak.
- Mengukur Kesesuaian Proses dengan Sspesifikasi.
Indeks kapabilitas proses membantu feedmill untuk mengukur sampai sejauh mana suatu proses produksi sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Dengan memahami sejauh mana hasil produksi sudah berada dalam batas yang diharapkan maka pabrik dapat mengidentifikasi area perbaikan yang diperlukan.
2. Identifikasi Variabilitas Proses
Dengan menganalisis hasil indeks memungkinkan feedmill untuk dapat mengidentifikasi dan mengukur variabilitas dalam produksi pakan ternak. Produksi dapat menentukan apakah proses sudah berjalan dengan konsisten atau mengalami fluktuasi yang cukup signifikan sehingga dapat membantu untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
3. Optimasi Pemantauan dan Pengendalian Kualitas
Indeks kapabilitas proses memberikan dasar yang kuat untuk pengoptimalan sistem pemantauan dan pengendalian kualitas. Dengan mengetahui sejauh mana suatu proses dapat mempertahankan kualitasnya, feedmill dapat menentukan tingkat kontrol yang diperlukan untuk mencegah diproduksinya produk berkualitas rendah.
4. Perbaikan Berkelanjutan
Analisis Cpk akan memberikan kerangka kerja yang efektif untuk perbaikan berkelanjutan. Dengan memahami batas- batas proses dan penyimpangan dari target, maka dapat dikembangkan strategi perbaikan yang berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas secara terus menerus.
5. Penyaringan Proses yang Tidak Stabil
Indeks kapabilitas proses membantu mengidentifikasi proses yang tidak stabil atau bermasalah. Ini memungkinkan feedmill unntuk menyaring proses – proses yang memerlukan perhatian khusus, membantu dalam mencegah terjadinya produk cacat atau berkualitas rendah.
6. Pengambilan Keputusan Berbasis Data
Dengan data yang dihasilkan oleh indeks kapabiltas proses maka pengambilan keputusan dapat dilakukan secara lebih terinformasi. Hal ini membantu manajemen feedmill dalam membuat keputusan strategis yang lebih baik terkait investasi, perbaikan proses maupun untuk pengembangan produk.
7. Peningkatan Kepuasan Pelanggan
Dengan meningkatkan kapabilitas proses, feedmill dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Ini berkontribusi pada peningkatan kepuasan pelanggan, karena mereka akan menerima produk yang konsisten dan sesuai dengan harapan.
8. Efisiensi Penggunaan Bahan Baku
Melalui analisis terhadap indeks kapabilitas proses, pabrik pakan akan dapat mengoptimalkan penggunaan bahan baku. Dengan meminimalkan variasi dalam proses produksi, pabrik dapat mengurangi pemborosan bahan yang diakibatkan oleh proses ulang barang cacat dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku.
9. Penghematan Biaya Produksi
Dengan meningkatkan kapabilitas proses, feedmill dapat mengurangi jumlah produk cacat atau yang tidak sesuai standar. Hal ini mengarah pada penghematan biaya produksi karena mengurangi kebutuhan untuk pengolahan ulang atau pembuangan produk.
10. Pemenuhan Standar Industri dan Sertifikasi
Indeks kapabilitas proses membantu feedmill memenuhi standar industri dan sertifikasi yang diperlukan. Dengan menjaga proses produksi dalam batas – batas yang diinginkan, pabrik dapat memastikan bahwa produk nya sudah memenuhi persyaratan kualitas dan keamanan yang ditetapkan oleh Lembaga regulasi atau pasar.
Daftar Pustaka
Dino Rimantho, Athiyah. 2019. Analisis Kapabilitas Proses untuk Pengendalian Kualitas Air Limbah di Industri Farmasi. Jurnal Teknologi 11 (1) pp 1 – 8. Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek
Indra Ramadhanti dan Tri Dewanti Widyaningsih. 2023. Analisis Kapabilitas Proses Pencampuran Krimer Kental Manis dalam Memenuhi Spesifikasi Parameter Kualitas PT Z. Seminar Pertanian Nasional 2023. Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara. Hal 203 – 214.
Montgomery C. Douglas. 2013. Introduction to Statistical Quality Control seventh (S. Hong, L Sapira, & C. Teja, Eds : 7th eds. John Wiley & Sons, Inc.
Yuri M. Z dan Rahmat Nurcahyo. 2013. TQM Manajemen Kualitas Total dala Perspektif Teknik Industri. Jakarta. Indeks.